Oleh : Ridho Andika Putra*
Salah satu aset penting
bagi suatu Negara terutama Indonesia sebagai Negara berkembang yang menjadi
sorotan bagi Negara lainnya dalam hal pengembangan sumber daya manusia, yaitu peran mahasiswa sebagai agent of change yang memiliki peran penting sebagai generasi
penerus untuk menggantikan peran – peran kepemimpinan yang telah terlaksana
secara struktural dan sistematis. Mahasiswa merupakan generai muda yang
berperan dalam membangun peradaban yang bermanfaat untuk kepentingan
masyarakat, bangsa dan Negara. Ketika zaman orde baru, mahasiswa selain
melakukan aktivitas nya sebagai mahasiswa yaitu kewajiban untuk belajar meraka
juga melakukan salah satu aktivitas untuk menyuarakan hak – hak rakyat kepada
pemerintah, dahulu aktivitas ini tentunya mendapat perlawanan yang keras dari peran militer angkatan Darat
yang saat itu mendukung rezim Presiden Soeharto, aktivitas bernamakan aksi atau
berdemonstrasi.
Tibanya krisis tahun
1998 yang menuntut presiden Soeharto untuk turun dari rezim kekuasaannya dan
menuntut reformasi untuk segera dilaksanakan menimbulkan aksi besar – besaran
terutama dikalangan mahasiswa yang menuntut untuk perubahan Indonesia yang
lebih baik dengan cara turun kejalan. Setelah mahasiswa yang dengan sangat
senangnya melakukan aktivitas tersebut terkadang mereka melupakan satu hal yang
seharusnya menjadi kewajiban mereka sebagai seorang pembelajar yaitu kuliah.
Mahasiswa yang turun kejalan yang sangat terlihat pada zaman – zaman reformasi tertuju
pada puncaknya ketika menuntut diturunkannya rezim Soeharto, mereka lupa akan
kewajiban mereka sebagai pembelajar dibangku kuliah terutama untuk lulus kuliah
dan peningkatan indeks prestasi. Maka dari itu melihat transisi zaman yang
semakin berubah era pergerakan seiring berjalannya waktu berubah menjadi era
akademisi yang mulai mempengaruhi peradaban dunia khususnya untuk Indonesia.
Hal ini membuat teman – teman yang telah berkecimpung dalam orientasi gerakan
yang sebenarnya mereka sudah melihat kedapan mengenai perubahan zaman yang dari era pergerakan menjadi era akademisi kampus. Dan mereka pun
membuat komunitas – komunitas kecil yang dinamakan kelompok studi mahasiswa.
Kelompok studi
mahasiswa merupakan komunitas yang dibentuk dari para kalangan mahasiswa yang
dibuat tidak hanya dengan tujuan untuk meningkatkan pengembangan akademisi
individual semata seperti peningkatan indeks prestasi, atau cepat lulus dan
sebagainya, melainkan mereka ingin membangun sebuah peradaban akadimisi yang
nantinya akan berguna bagi masyarakat yang menikmatinya. Untuk berkontribusi
kepada masyarakat dengan ilmu yang dimiliki tentunya tidak lepas dari
peningkatan kapabilitas profesi melalui kegiatan – kegiatan kelompok studi
mahasiswa yang terbentuk seperti diskusi ilmiah, kompetisi, dan proyek
pengabdian masyarakat. Tentunya melalui aktivitas tersebut mulai banyak
kalangan mahasiswa terutama untuk mahasiswa baru yang sangat berminat dengan
kelompok studi mahasiswa ini.
Kelompok studi
mahasiswa setelah zaman reformasi sudah banyak terbentuk di beberapa
univeristas se – Indopnesia salah satunya adalah di Universitas Gadjah Mada
yaitu Gama Cendekia yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak
dibidang penelitian dan pengkajian Interdisipliner. Awal mula terbentuknya pun
sama seperti paragraf sebelumnya yang menceritakan tentang restorasi gerakan yang
berujung pada transisi menuju akademisi.
Napak tilasnya berawal dari komunitas kecil diskusi mahasiswa dari berbagai fakultas yang diinisiasikan oleh Firman Alamsyah yang
saat itu berstatus sebagai mahasiswa biologi Universitas Gadjah Mada, Gama Cendekia
memulai kegiatnnya. Tema yang didiskusikan merupakan isu atau masalah
yang sedang terjadi dan dihadapi bangsa ini yang dibedah secara
interdisipliner. Komunitas ini terbentuk pada tahun 2001 pertengahan. Setahun
berselang, komunitas ini berkembang yang disertai adanya keinginan untuk
mengadakan penelitian. Pada akhirnya mereka membentuk tim untuk pematangan
konsep dan menjadikan komunitas ini sebagai UKM independen dan diberi nama Gama
Cendekia.
Diawal berdiri Gama Cendekia pada saat itu membenahi internal
lembaga secara structural dimulai dari legal formalitas, struktur kepengurusan
sampai kepada kaderisasi lembaga yang tentunya harus tersusun secara sistematis
agar lembaga bias berjalan baik kedepannya. Baru pada tahun 2004 Gama Cendekia
mulai menunjukkan citra dan kontribusinya sebagai UKM Pengkajian dan Penelitian
Interdispliner kemudian muncullah
kontribusi dan prestasi Gama Cendekia
yang tiap kali masa periode kepemimpinan selalu ada yang dihasilkan berbagai
macam karya – karyanya yang fenomenal.
Pada tahun 2006 dimasa kepemimpinan Haryandi mahasiswa
Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, eksistensi Gama Cendekia pada masa
ini adalah dengan even-even besar dan kerja sama dengan berbagai pihak. Titik
tekan selain eksistensi adalah pembangunan jaringan yang kuat antara Gama Cendekia
dengan berbagai lembaga/perusahaan.
Ditunjukkan dengan banyaknya even-even besar Gama Cendekia yang bekerja sama dengan banyak pihak, seperti
Training TOEFL, Seminar dengan bekerja sama dengan Shell, dll. Pada pertengahan
2007, berganti kepada Dendi
Pratama mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Presiden Gama
Cendekia VI atau yang lebih popular dengan sebutan Sultan Gama Cendekia. Pada
masa ini Gama Cendekia satu tahap memasuki fase mapan dalam alur
perkembangan lembaga akademis. Tidak melulu mengejar eksistensi lembaga karena
kalau sekedar popular, Gama Cendekia sudah cukup dikenal pada tataran kampus
ataupun nasional yang ditunjukkan dengan berbagai even-even besarnya. Akan
tetapi lebih dari sekedar itu adalah kematangan Gama Cendekia secara
kelembagaan serta kejelasan akan core business Gama Cendekia sebagai lembaga penelitian mahasiswa. Konsep
alur kaderisasi mulai diimplementasikan, tata organisasi mulai dibangun,
walaupun masih perlu banyak penyempurnaan di sana sini.
Profesionalitas Gama Cendekia secara kelembagaan benar-benar dimatangkan
pada masa kepemimpinan Andrie Javs mahasiswa Akuntansi Universitas Gadjah Mada.
Banyak hal yang dirombak dan diinovasi, tentu saja dalam rangka perwujudan Gama
Cendekia sebagai lembaga yang
benar-benar professional dan sebagai usaha adaptasi atas lingkungan dan
tantangan yang tentu saja sudah berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Karakter
GC sebagai lembaga yang ber-KPK
(kompeten, professional, dan kontributif) mulai diwacanakan pada periode
ini yang sampai saat ini konsep Kompeten Professional Kontributif menjadi
karakter di beberapa kelompok studi di Indonesia. Kemudian dari sisi core
business Gama Cendekia sebagai lembaga
pengkajian dan penelitian, secara system mulai dibangun. Seperti alur
penelitian Gama Cendekia , diskusi khas Gama Cendekia secara Interdispliner. Kemudian,
pada periode selanjutnya Gama Cendekia
ikut andil dalam perintisan jaringan lembaga penelitian mahasiswa nasional, dengan
ikut berpartisipasi pada Kongres Nasional ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Indonesia)
di Makassar, yang mana pada kesempatan tersebut Gama Cendekia dipercaya sebagai Koordinator Regional
Jateng-DIY dan sebagai tuan rumah untuk penyelenggaraan Kongres ILP2MI yang
kedua bersama UPI UGM. Konsentrasi Gama Cendekia untuk ikut andil ditataran
ILP2MI ini merupakan jawaban dari restruktur GC di tataran SCCF UGM. Pada tahun
2010, SCCF UGM pengelolaannya dan pendampingan terhadap lembaga diampu oleh
para alumni KSU/KSF, yang mana sebelumnya gerak SCCF ini senantiasa diinisiasi
oleh Gama Cendekia. Pengurangan intensitas Gama Cendekia di SCCF ini memang harapan awalnya agar GC bisa lebih
banyak bergerak dan berkontribusi pada level nasional dan internasional.
Kemudian,
pada periode ini juga Gama Cendekia mulai melakukan inisiasi untuk melebarkan
sayap hingga level internasional, dengan prediksi bahwa kedepannya
internasionalisasi merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa ditawar
mengingat perkembangan globalisasi saat ini. Sehingga untuk menuju kesana perlu
dipersiapkan jauh-jauh hari, dan tahun 2010 merupakan tahun untuk memulainya. Gerak
langkah menuju internasional ini diwujudkan dengan beberapa kali Gama Cendekia
ikut berpartisipasi dalam penyelenggarakan even international yang bekerja sama
dengan pihak rektorat UGM, kemudian juga dengan bantuan alumni, seorang
Dosen dari Boras University, Sweden, Mr Kamran Rousta bisa diajak untuk
berdiskusi dengan anggota Gama Cendekia yang mana saat itu membahas tentang Waste Refinery
yang merupakan core dari salah satu klub
penelitian Gama Cendekia yaitu Gama Cendekia Peduli Sampah. Hal-hal lain yang mendukung
inisiasi untuk memasuki fase internasionalisasi ini adalah prestasi kader pada
level international yang semakin bertambah dan pembangunan jejaring
internasional. Dan sampai saat ini pun Gama Cendekia masih menelurkan karya –
karyanya untuk berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Visi yang saat ini digambarkan
dari lembaga ini yaitu Unit
Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang mengkaji dan meneliti
permasalahan dengan landasan ilmu interdisipliner dengan memanfaatkan fasilitas
kampus, mengoptimalkan potensi keilmuan mahasiswa dengan mengedepankan akhlak
dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam kerangka keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Dengan visi yang begitu tajam untuk
melihat faktualisasi masa depan maka
tidaklah heran Gama Cendekia yang mampu mengelola pengembangan sumber daya
manusianya menjadi orang – orang yang mampu bergerak dalam riset yang luas
secara interdisipliner untuk melakukan
transformasi untuk membangun peradaban menuju peradaban Indonesia berdaya
berbagai macam kontribusi dari anak – anak yang menyukai riset secara Interdisipliner
ini banyak diimplementasi baik ke mahasiswa maupun kalangan masyarakat melalui
kegiatan program kerja lembaga dan juga proyek penelitian yang berbasis kepada community development.
Tidak terfokus pada sistem gerak lembaga pada umumnya yang
menyuarakan tentang kontribusi akan tetapi Gama Cendekia juga berperan
membentuk karakter mahasiswa ilmiah yang santun dan berdampingan dengan
penguasaan nilai – nilai keagaaman yang terlihat dari pribadi masing – masing
anggota yang ada didalamnya. Maka tidaklah heran Gama Cemdekia akan menjadi
kelompok studi Interdispliner mahasiswa yang akan melakukan transformasi
sebagai pembangun peradaban menuju Indonesia berdaya, melalui visi, misi,
kontribusi dan prestasi maka masa depan yang berdaya yanga akan disosong dikemudian
hari dengan output sumber daya manusia yang mempunyai karakter ilmiah dan riset
Interdispliner yang mereka dapatkan ketika menjadi mahasiswa yang dikenal
sebagai agent of change.
Salam Prestatif, Salam Kontributif!!!!!!!!!
Hidup Mahasiswa Indonesia!!!!!!
*Presiden Gama Cendekia UGM
0 komentar:
Posting Komentar