Memang selalu benar adanya bahwa bulan
Ramadhan itu adalah bulan yang penuh berkah. Sejak hari pertama puasa
pun berkah itu selalu datang adanya, Allah mengirimkan malaikat-malaikat
kecil di asrama ini. Malaikat-malaikat kecil yang dipenuhi senyum ceria
bertemu dengan Tuhannya dalam bimbingan kakak-kakak sosiologis
domisilinya. Anak-anak sekitar asrama Orange Dorm yang datang untuk
tarawih bersama selama satu minggu awal bulan Ramadhan bersama
kakak-kakak PPSDMS putra Yogyakarta.
Menjadi
hal yang unik bagi peserta PPSDMS putra Yogyakarta dimana saat inilah
menjadi momen bersama untuk menembus batas dan sekat yang ada. Jika
selama ini peserta PPSDMS putra Yogyakarta yang dipundaknya terdapat
amanah-amanah mulia selalu berkecimpung dengan satu entitasnya yaitu
civitas akademika, inilah saatnya menembus batas entitas itu bersama
anak-anak. Karena menjadi pemimpin dalam satu entitas yang sama sudah
barang tentu menjadi hal yang biasa bagi peserta PPSDMS, namun menjadi
pemimpin dan guru bagi anak-anak dengan rentang usia yang beragam
merupakan hal di luar kebiasaan yang dilakukan selama ini.
Menjadi
pemimpin dan guru bagi anak-anak tentunya bukan merupakan sebuah
pekerjaan yang mudah. Ketika saatnya mampu menembus batas entitas itu,
di titik itulah saatnya memulai untuk menjadi satu bersama mereka.
Merubah segala pandangan untuk berusaha menjadi sama seperti mereka.
Memang terlihat aneh dalam pandangan dewasa, tetapi yakinlah bahwa itu
merupakan hal yang sangat menarik bagi mereka. Segala hal yang akan
disampaikan menjadikannya yakin dapat diterima oleh anak-anak.
Tidak
terkecuali di saat peserta PPSDMS putra Yogyakarta melakukan shalat
tarawih, ceramah dan games edukatif bagi mereka. Sebelas rakaat tarawih
dan witir dirasa berat dalam benak anak-anak, hal ini terlihat jelas di
saat selesai shalat empat rakaat pertama mereka selalu bertanya “Kak,
masih berapa shalat lagi?”. Menampakkan wajah lugu mereka menjadikan
kakak-kakak peserta PPSDMS putra Yogyakarta membimbing sabar penuh sikap
ketelatenan untuk mengajak mereka tetap menyelesaikan hingga shalat
witir. Menjadi pendekatan yang lain ketika menghadapi anak-anak putri,
diperlukan pendekatan khusus dengan pengertian yang lain untuk tetap
sanggup menyelesaikan hingga akhir rangkaian shalat.
Belum
berhenti sampai di situ, dalam ceramah tentunya juga memerlukan
pendekatan lain agar nilai-nilai yang disampaikan mampu diterima
anak-anak. Kunci pertama dalam ceramah ini adalah adanya fokus
penyampaian berupa nilai-nilai universal yang ditampakkan. Kedua,
nilai-nilai universal Islam itu kemudian dielaborasikan dengan bentuk
contoh nyata kehidupan sehari-hari dalam bentuk cerita. Kedua inti
tersebut kemudian dikemas dalam metode yang menarik.
Ada
beragam metode yang telah digunakan oleh kakak-kakak peserta PPSDMS
putra Yogyakarta, ada metode cerita dengan menggambar, metode bercerita
dengan bertindak seolah-olah menjadi aktor dan yang paling fenomenal
adalah metode bercerita dengan boneka “Tata Titi” yang mampu menarik
seluruh perhatian anak-anak selama kurang lebih setengah jam. Waktu yang
cukup lama untuk membuat anak-anak mampu terdiam sejenak mengikuti alur
cerita. Boneka “Tata Titi” adalah dua buah boneka yang dijadikan aktor
dalam cerita yang dimainkan oleh sang pencerita. Boneka itu bergerak dan
berdialog seolah-olah menjadi pelaku utama dalam cerita dan adegan yang
dimainkan.
Shalat tarawih dan
ceramah unik ini kemudian dilanjutkan dengan permainan edukatif yang
dimainkan secara bersama dengan kakak-kakak peserta PPSDMS putra
Yogyakarta. Banyak games yang telah dilakukan, mulai dari games yang
bertujuan untuk mendekatkan antara kakak dan adek dengan nyanyian “Kakak
dan Adek”-nya, games ini merupakan games yang paling digemari oleh
anak-anak karena sejak diperkenalkan pada hari pertama tarawih,
anak-anak selalu minta untuk memainkannya lagi di setiap malam tarawih.
Games ini adalah games menyanyi dengan melingkar bersama anak-anak dan
melakukan sesuatu sesuai dengan lirik lagu yang dinyanyikan. Momen
menyenangkan terletak di akhir lagu dimana ada lirik lagu “saling
berpelukan” yang membuat kakak-kakak peserta PPSDMS putra Yogyakarta
saling berpelukan bersama dengan anak-anak.
Games
latihan konsentrasi menjadi games yang paling banyak dilakukan
mengingat beragamnya umur anak-anak dari yang belum sekolah hingga yang
paling besar adalah kelas 6 SD. Games Tepuk Tangan “Hitung dan Angin”,
Games “Tangkap dan Hindar Bakso” hingga Games “Melihat Apa yang
Dikatakan” menjadi games penuh makna yang mampu meyakinkan kami,
kakak-kakak peserta PPSDMS putra Yogyakarta bahwa akan ada penerus kami
yang jauh lebih hebat. Hal ini didasarkan pada bahwa dengan seumur
mereka yang masih sangat muda tidak canggung berinteraksi dengan entitas
yang berbeda darinya. Sementara kami dulu sewaktu seumur muda mereka
tidak seberuntung mereka bertemu dengan kakak-kakak mahasiswa yang
membimbing untuk bermain bersama. Mereka memiliki kemenangan sejarah
dalam perjalanan hidupnya lebih awal mengenal dunia daripada kami,
sehingga ketika mereka dewasa seumuran kami akan jauh lebih matang
dengan segala akumulasi pengetahuan yang telah dimiliki. Sehingga dengan
senyum mereka di asrama ini, kami optimis bahwa masa depan itu ada di
sini, di OrangeDorm. Dan kami pun bangga dengan kepemimpinan profetik
kami, pemimpin yang regeneratif, pemimpin yang mempersiapkan penerusnya
jauh lebih baik darinya demi menjaga perdaban untuk jauh lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar