Sleman, 18 Desember 2013 - Dunia saat ini memaksa kita untuk tak
bisa lepas dari media. Bagaimana tidak, kita bisa mengakses berbagai informasi
melalui media, entah media cetak maupun media elektronik. Selain dari kemudahan
dan kecepatan akses berbagai media sekarang menawarkan hal-hal yang menarik
yang memanjakan bagi para penikmat media. Kalau sudah seperti ini, damMas dari
bermedia tak bisa dihindarkan lagi. Tak terkecuali damMas buruk yang harus kita
waspadai.
Inilah yang kemudian menjadi
bahan pembicaraan dalam Diskusi Pasca Kampus Asrama PPSDMS Nurul Fikri Regional
Yogyakarta Selasa (10 Desember 2013) pekan lalu. Diskusi Pasca Kampus ini meruMasan
program rutin di asrama PPSDMS Nurul Fikri. Menghadirkan Associate Producer
Film 99 Cahaya di Langit Eropa yang juga CEO di AdiTV, Dr. Rangga Al Mahendra,
S.T, M.M. Bertempat di Asrama Putra PPSDMS Nurul Fikri Yogyakarta, acara ini di
mulai sekitar pukul 08.15 WIB dihadiri oleh seluruh peserta PPSDMS Nurul Fikri
Regional Yogyakarta Putra dan Putri.
Diskusi kali ini dibawakan oleh
seorang moderator yang merupakan mahasiswa dari Mas Rangga di Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis, Abdul Hafizh Asri. Berawal dari cerita Mas Rangga pasca
lulus dari ITB sebagai sarjana Teknik Mesin, beliau sempat bekerja di
perusahaan besar di Indonesia yang pada akhirnya memutuskan untuk resign karena
idealismenya untuk bisa hidup lebih bermanfaat. Akhirnya beliau memutuskan
untuk melanjutkan studi nya di Magister Manajemen UGM sekaligus memulai
mengabdikan diri menjadi dosen disana. Saat itu semangat untuk melanjutkan
studi S-3 nya begitu menggebu, kemudian beliau melalui sebuah beasiswa
melanjutkan studinya di WU Vienna.
Sebagai praktisi di dunia media
publik, Mas Rangga banyak berbincang tentang bagaimana ia berjuang
mempertahankan idealismenya melalui AdiTV, sebuah televisi lokal yang mencover
wilayah Yogya dan sekitarnya. Ia menuturkan bahwa menjaga idealisme dalam
bermain di media itu tidaklah mudah, contoh saja dalam memilih iklan yang masuk
harus ada seleksi yang perlu ketegasan. Banyak sekali tawaran iklan yang tak
tanggung-tanggung harganya, namun karena idealisme yang kuat tawaran itu harus
terlewatkan begitu saja. Namun dari situlah Mas Rangga memaknai perjuangan mempertahankan
idealisme meskipun tawaran iklan yang menggiurkan, tetaplah harus kuat untuk
menolaknya. Ia beranggapan bahwa dengan keteguhan seperti itulah, orang lain
justru akan menghormati dan menghargai keteguhan kita. Jadi jangan lah takut
mempertahankan idealisme kita meskipun kita sebagai kaum minoritas. Ia
juga menceritakan kisah di Film 99
Cahaya Di Langit Eropa yang salah satunya menceritakan tokohnya yang memiliki keteguhan
hati dalam mempertahankan idealisme meskipun sebagai seorang muslim minoritas.
Mas Rangga juga menuturkan betapa
urgensinya media yang beridealisme untuk mengimbangi media-media mayoritas saat
ini yang merusak moral generasi muda. Apalagi bicara tentang Televisi,ternyata
masyarakat Indonesia menduduki peringkat 4 penduduk terbesar dunia tentang frekuensi tertinggi warganya menonton TV. Ia
menambahkan juga bahwa Fenomena TV tak pernah dipisahkan dari 3 G : Girls, Gun,
Ghosh. Tayangan televise kita menghadirkan tayangan yang cenderung merusak
karakter dan moral generasi muda sekarang. Berkaca dari rating yang sering
dilakukan, tayangan yang memuat 3 G itulah yang justru mempunyai peminat
tinggi. Inilah fenomena yang cukup memprihatinkan yang harus ditepis dengan
aksi nyata, dan melalui AdiTV lah Mas Rangga memperjuangkan itu. Demikianlah
inspirasi dari Mas Rangga dalam memperjuangkan Idealisme dalam bermedia ditengah
derunya gempuran pihak yang ingin merusak generasi muda. Semoga bisa menambah semangat bagi generasi
muda khususnya untuk teguh beridealisme, dalam berbagai bidang apapun.
Phisca Aditya Rosyady | @phisca_ditya
Kementerian Publikasi Kabinet Bushido PPSDMS III Yogyakarta Putra
0 komentar:
Posting Komentar