Beberapa waktu yang lalu, saya
sempat berinteraksi dengan bang Sandiaga Salahuddin Uno, salah satu sosok yang dari dulu ingin
saya gali rahasia kesuksesannya. Track
record-nya selama ini sudah tak dapat dipungkiri lagi, sungguh membawa
perubahan positif bagi Indonesia. Walaupun telah belajar dari berbagai referensi
tentangnya, masih belum lengkap rasanya kalau saya belum mencicipi langsung ‘tamparan
pedas’ beliau.
Berawal dari pemaparan mas Sandi mengenai situasi Indonesia saat ini yang masih berada pada persimpangan jalan, beliau mengutarakan optimismenya menuju Indonesia Emas masa depan. Negeri ini akan berada pada status yang
disebut dengan golden age, dengan
prestasi pertumbuhan ekonomi yang mulai beranjak dewasa. Indonesia kini menjadi
negara yang layak menjadi tujuan investasi yang sangat menarik, dilihat dari bukti
nyata yang telah diciptakan bangsa di masa belakangan ini.
Optimisme dan harapan itu kian
membumbung ketika melihat realita bangsa yang sesungguhnya sangat digdaya. Indonesia has everything. Hampir setiap
wilayah Indonesia memiliki sumber daya alam. Sawah, ladang dan hutan terbentang
luas. Samudera dan perikanan mengelilingi eksotisnya zamrud khatulistiwa.
Pertambangan dan mineralnya menjadi anugerah langka yang hanya dimiliki oleh
Indonesia. Agribisnis Indonesia pun semakin diperhitungkan. Ditambah lagi, Indonesia
juga memiliki bonus demografi yang luar biasa. Usia penduduk Indonesia terhitung
usia produktif, se-Asia bahkan sedunia.
Namun, semua itu tidak mendukung
realita yang ada. Masih banyak dari
kita yang belum terselesaikan pekerjaan rumahnya, yang kemudian menjadi tantangan bangsa di masa sekarang. Mulai dari berkelitnya sistem birokrasi, sampai
korupsi tiada henti. Khawatirnya, Indonesia hanya bisa sebagai penonton di
kancah internasional, tidak mampu bersinar
sebagai pemain utama yang mengatur jalannya kehidupan globalisasi.
Padahal faktanya, lima puluh juta
kelas menengah lahir setiap tahunnya, yang ternyata tetap saja menyisakan
golongan yang tidak menikmati pertumbuhan ekonomi elegan saat ini. Rasio gini bangsa
kita menyebutkan nilai sebesar 43-46%, yang menyebabkan kesenjangan yang masih cukup
tinggi antara yang kaya dengan yang miskin.
Belum lagi, sistem pendidikan kita yang belum menyiapkan tenaga kerja yang
siap pakai. Banyak dari perusahaan mas Sandi yang harus mentransformasikan calon
tenaga kerja menjadi tenaga yang siap pakai. Jikalau bicara kesehatan juga belumlah
tertata dengan baik. Airport Jakarta apalagi sudah seperti layaknya terminal kalideres.
Birokrat ribet, korupsi merajalela. Berbagai permasalahan bangsa ini kerap di-blow up dengan antusias oleh berbagai
media, seakan mengubur optimisme bangsa.
Lalu, siapakah yang diharapkan mampu membaca hal ini sebagai sebuah peluang
emas dalam mencerahkan masa depan? Sempat tersentak saya ketika mas Sandi menyebutkan bahwa harapan itu berada di pundak kita, yang tentu saja merupakan agents of change. Kita harus
melihat diri kita sebagai solusi, bukan menjadi bagian dari masalah. Dukungan
67 persen dari populasi Indonesia yang notabene adalah masyarakat produktif, menurut
mas Sandi sangat berpotensi untuk melejitkan potensi terbaik yang dimiliki
bangsa ini..
..To be Continued yaa.. (afwan.. ^^')
0 komentar:
Posting Komentar