KIK
kali ini dipandu oleh Akhina Rady, mahasiswa Fakultas Geografi, 2011. Seperti
pada umumnya, untuk menambah hikmatnya acara dilakukan pembacaan ayat suci
Al-Quran, yaitu Surat Al-Mu’minun. Pada pertemuan kali ini, disampaikan pula,
bahwa pada materi KIK sebelumnya dibicarakan mengenai isi Surat Luqman, yang
memiliki kandungan luar biasa terutama mengenai pelajaran hikmah dan syukur.
Bang Ikhsan menuturkan, bahwa ada pelajaran berharga, atas kejadian semalam,
yaitu ada ijtihad, bahwa KIK dilakukan pagi hari, dan tidak dilakukan pada
malam hari. Dalam berijtihad, disebutkan bahwa tidak ada lagi kesepakatan,
setelah kesepakatan diambil. Menurut beliau, jika ada perubahan-perubahan maka
harus ada kesepakatan. Hal ini merupakan ciri dari Indahnya Islam. Dalam materi
KIK sebelumnya, telah dibahas mengenai pendidikan Islam, dan syukur. Allah
menerangkan dalam Al-Quran, bahwa barang siapa yang bersyukur pada Allah, maka
Allah akan menambah nikmatnya. Bang Ikhsan sempat membahas mengenai banjir yang
sedang terjadi di Jakarta. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan dari
manajemen pengaturan Ibu Kota Jakarta.
Sebelum
memulai KIK, dibahas terlebih dahulu mengenai Surat Al-Anfal ayat 64-66. Dalam
surat ini dibahas mengenai kandungan surat ini, yang turun pada saat Perang
Badar. Yaumul Furqan, adalah hari di mana kaum kafir bertemu dengan kaum
muslimin. Surat ini turun di Madinah, setelah Surat Al-Baqarah. Saat perang ini
terjadi, Rasulullah sempat tidak tenang, dan berdoa, bahwa jika dalam perang
ini kaum Muslimin kalah, maka tidak akan ada lagi yang menyembahnya. Dan oleh
sebab itu, maka Allah menenangkan Rasulullah dengan ayat ini. Kaitan dalam
kehidupan ini adalah menjadi seorang pemimpin, maka ada satu rahasia besar
untuk menjadi pemimpin yang adil, kuat, dan bijaksana, yaitu Menjadikan Allah
hanya sebagai PENOLONG, dan tidak ada yang lain. Dalam Islam, siapapun yang
berperang, maka akan mendapatkan kemenangan, yaitu Fathan Mubina, dan Fathan
Qoriba, yaitu kemenangan yang dekat (syahid), dan kemenangan yang nyata.
Berpegang kepada Allah akan memiliki kekuatan yang luar biasa, serta tidak
pernah sedih. Barang siapa yang mengejar dunia, hanya akan mendapatkan
kegelisahan, kelelahan, dan tidak ada kebahagiaan, dan yang paling menyedihkan
adalah rasa tidak cukup. Allah telah menetapkan pahala bagi orang-orang yang
bersabar. Menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai wali, hal ini dikarenakan
perwalian Allah akan berlanjut hingga Yaumul Akhir. Kemudian beliau melanjutkan
pada ayat selanjutnya, yaitu Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengobarkan
semangat untuk berqittal (perang atau jihad dalam medan perang). Bang Ichsan
menjelaskan bahwa Mu’jizat itu muncul dalam keadaan tertentu, terdesak, dan
tidak muuncul setiap saat. Saat ini, qittal yang ada adalah perang peradaban. Beliau
mencontohkan bahwa B.J. Habibie merupakan sosok luar biasa, karena mampu
menghasilkan industri-industri yang luar biasa. Ada kekuatan jika masuk dalam
jamaah (kekuatan yang besar). Bang Ikhsan menjelaskan bahwa saat ini Indonesia
sedang melakukan pembangunan, dan saat ini berada di level menengah. Inti
pembangunan adalah pembangunan sumber daya manusia. Namun, sayangnya yang
terjadi di Indonesia adalah kekufuran yang terlalu banyak, sehingga Allah
menjadikan pelajaran bagi kita semua. Kewajiban kita saat ini, adalah berjihad
dalam peradaban, dan Bang Ikhsan menjelaskan bahwa membangun peradaban maka
diri ini harus beradab, dan menghasilkan peradaban. Kata kunci dalam surat ini,
yaitu Qaumun La Yafqahun. Yafqahun di sini, memiliki makna sedang dan akan, ada
fi’il mudharik. Indonesia dulu pernah dijajah Belanda selama 350 tahun, karena
Indonesia belum pernah paham, dan tertutup dari dunia luar. Bang Ikhsan
berpesan bahwa kita harus menjadi mahasiswa yang memiliki idealisme. Ketika di
zaman para sahabat, setiap orang yang memiliki pemikiran positif, maka akan
menghasilkan hal-hal positif. Aktivitas seorang mukmin tidak dibatasi oleh
harta. POSISI KITA SAAT INI ADALAH SEBAGAI ORANG YANG MENGEJAR KEMENANGAN, DAN
MARILAH KITA MENJADI PRAJURIT-PRAJURIT ALLAH, DAN MENJADIKAN DIRI KITA SEBAGAI
THARIQ BIN ZIYAD. Kita harus memiliki keinginan untuk menyebarkan Islam, dan
menjadikan diri ini selalu berjuang untuk menyebarkan panji-panji Allah ke
seluruh akar rumput, dan ke seluruh lapisan masyarakat. Karakter pendidikan
Islam adalah bersabar, sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menghadapi
cobaan, dan sabar dalam menghindari larangan… Astaghfirullahiladzim… L
Session 2: *Spiritual Leadership*
Our
daily problem was more complex than just a problem who will be discussed in
this session. In this second session, Hanan ask about how to understand Islam
well. In temporary condition, Fiqih can be used in Dakwah and some people said
that Fiqih was the Political Product, and it was just priority from human. How
to solve this problem? Bang Ikhsan said, that in Al-Maidah verse 48. The main
purpose from this verse is for person who always fun, he was not do Dakwah.
Dakwah is love, and it requires everything.
Dalam
kisah Umar bin Abdul Aziz, hidup dalam kemiskinan sebagai pilihannya, dan
menjadikan agar dirinya berbeda dengan pemimpin dan rakyat. Bang Ikhsan
menjelaskan bahwa dalam perjalanannya akan ada tarik-menarik antar orang dalam
berdakwah. Fiqih memang produk manusia. And it is right. In Rasulullah era,
practice of Fiqih had been done. Pada masa thabiin, ada kodifikasi hukum Fiqih,
dan pada masa Syafi’I barulah ada buku Ar-Risalah Fiqih. Dalam buku ini dibahas
mengenai Kepokokan dari Fiqih itu sendiri. Imam Syafi’I adalah seorang usia,
yang usia 20 tahun telah belajar Islam, dan 10 tahun telah menjadi seorang
hafizh Al-Quran. Fiqih dapat berubah karena sesuatu hal.
Mengapa
Allah meminta manusia untuk Tawadduk, dan tunduk kepada Allah? Allah melalui
Rasulullah mengajarkan pada manusia, untuk selalu berlindung kepada Allah dari
sikap sombong. Ilmu tidak akan banyak memiliki manfaat, jika dalam diri ini
memiliki sifat Takabbur, sehingga menyebabkan diri ini lebih melihat segalanya,
dan melupakan Allah sebagai Dzat yang Maha Besar… Allahu Akbar…L. Pemimpin terkadang tidak memiliki jabatan
struktural, namun keberadaannya dianggap sebagai pemimpin. Ada karakter
pemimpin, yang jika orang disuruh apapun mau, yaitu karena kepemimpinan karena
Spiritualitasnya, yaitu Rasulullah SAW. Masalah kepemimpinan adalah masalah
Keteladanan. Menjadi pemimpin, maka haru memiliki ilmu, manajemen, teamwork,
dan skill, serta leader. Nabi Isa berkata bahwa bergaulah kamu bersama orang
yang dengat melihatnya kamu ingat pada Allah, dengan kata-katanya amal kamu
bertambah dan dengan amalnya kamu termotivasi untuk akhirat. Dalam Al Quran,
dijelaskan bahwa pribadi Rasulullah adalah orang dengan spiritualitas tinggi,
dan dapat menjadi contoh bagi diri kita semua (uswatun khasanah). Seorang
pemimpin harus memadukan antara spiritualitas, dan kekuatan-kekuatan yang ada.
Allah mengecam orang-orang yang hanya berkata dan tanpa melakukannya.
Pokok-pokok
keteladanan, yaitu:
1. Keshalihan,
pangkal keshalihan adalah keimanan. Keimanan, adalah menempatkan Allah sebagai
Rabb. Allah akan memberikan kemenangan bagi hambaNya yang mukmin, melalui cara
Allah. Buah dari keimanan, akan membuat seseorang menjadi kuat. Lalu,
selanjutnya, keimanan yang kuat menjadikan ibadah yang kuat. Dan yang
selanjutnya adalah keihklasan. Keikhlasan adalah syarat adanya pertolongan dari
Allah. Haththrah adalah bisikan yang kadang muncul saat kita sedang berbicara,
dan haththrah ini harus ditinggalkan atau dengan membaca Istighfar. Tidak boleh
menyingkirkan sesuatu dengan mudharat yang lebih besar. Dalam mengambil setiap
keputusan, harus dilihat baik, dan buruknya.
Oleh : Abrory Agus Cahya Pramana
0 komentar:
Posting Komentar