Selasa, 19 Februari 2013

“GAMA CENDEKIA UGM” KELOMPOK STUDY MAHASISWA INTERDISPLINER SEBAGAI PEMBANGUN PERADABAN MENUJU INDONESIA BERDAYA


Oleh : Ridho Andika Putra*



Salah satu aset penting bagi suatu Negara terutama Indonesia sebagai Negara berkembang yang menjadi sorotan bagi Negara lainnya dalam hal pengembangan sumber daya manusia,   yaitu  peran mahasiswa sebagai agent of change yang memiliki peran penting sebagai generasi penerus untuk menggantikan peran – peran kepemimpinan yang telah terlaksana secara struktural dan sistematis. Mahasiswa merupakan generai muda yang berperan dalam membangun peradaban yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara. Ketika zaman orde baru, mahasiswa selain melakukan aktivitas nya sebagai mahasiswa yaitu kewajiban untuk belajar meraka juga melakukan salah satu aktivitas untuk menyuarakan hak – hak rakyat kepada pemerintah, dahulu aktivitas ini tentunya mendapat perlawanan  yang keras dari peran militer angkatan Darat yang saat itu mendukung rezim Presiden Soeharto, aktivitas bernamakan aksi atau berdemonstrasi.
Tibanya krisis tahun 1998 yang menuntut presiden Soeharto untuk turun dari rezim kekuasaannya dan menuntut reformasi untuk segera dilaksanakan menimbulkan aksi besar – besaran terutama dikalangan mahasiswa yang menuntut untuk perubahan Indonesia yang lebih baik dengan cara turun kejalan. Setelah mahasiswa yang dengan sangat senangnya melakukan aktivitas tersebut terkadang mereka melupakan satu hal yang seharusnya menjadi kewajiban mereka sebagai seorang pembelajar yaitu kuliah. Mahasiswa yang turun kejalan yang sangat terlihat pada zaman – zaman reformasi tertuju pada puncaknya ketika menuntut diturunkannya rezim Soeharto, mereka lupa akan kewajiban mereka sebagai pembelajar dibangku kuliah terutama untuk lulus kuliah dan peningkatan indeks prestasi. Maka dari itu melihat transisi zaman yang semakin berubah era pergerakan seiring berjalannya waktu berubah menjadi era akademisi yang mulai mempengaruhi peradaban dunia khususnya untuk Indonesia. Hal ini membuat teman – teman yang telah berkecimpung dalam orientasi gerakan yang sebenarnya mereka sudah melihat kedapan mengenai  perubahan zaman yang dari era pergerakan  menjadi era akademisi kampus. Dan mereka pun membuat komunitas – komunitas kecil yang dinamakan kelompok studi mahasiswa.
Kelompok studi mahasiswa merupakan komunitas yang dibentuk dari para kalangan mahasiswa yang dibuat tidak hanya dengan tujuan untuk meningkatkan pengembangan akademisi individual semata seperti peningkatan indeks prestasi, atau cepat lulus dan sebagainya, melainkan mereka ingin membangun sebuah peradaban akadimisi yang nantinya akan berguna bagi masyarakat yang menikmatinya. Untuk berkontribusi kepada masyarakat dengan ilmu yang dimiliki tentunya tidak lepas dari peningkatan kapabilitas profesi melalui kegiatan – kegiatan kelompok studi mahasiswa yang terbentuk seperti diskusi ilmiah, kompetisi, dan proyek pengabdian masyarakat. Tentunya melalui aktivitas tersebut mulai banyak kalangan mahasiswa terutama untuk mahasiswa baru yang sangat berminat dengan kelompok studi mahasiswa ini.
Kelompok studi mahasiswa setelah zaman reformasi sudah banyak terbentuk di beberapa univeristas se – Indopnesia salah satunya adalah di Universitas Gadjah Mada yaitu Gama Cendekia yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dibidang penelitian dan pengkajian Interdisipliner. Awal mula terbentuknya pun sama seperti paragraf sebelumnya yang menceritakan tentang restorasi gerakan yang berujung pada transisi menuju akademisi.
Napak tilasnya berawal dari komunitas kecil diskusi  mahasiswa dari berbagai fakultas  yang diinisiasikan oleh Firman Alamsyah yang saat itu berstatus sebagai mahasiswa biologi Universitas Gadjah Mada, Gama Cendekia memulai kegiatnnya. Tema yang didiskusikan merupakan isu atau  masalah yang sedang terjadi dan dihadapi bangsa ini yang dibedah secara interdisipliner. Komunitas ini terbentuk pada tahun 2001 pertengahan. Setahun berselang, komunitas ini berkembang yang disertai adanya keinginan untuk mengadakan penelitian. Pada akhirnya mereka membentuk tim untuk pematangan konsep dan menjadikan komunitas ini sebagai UKM independen dan diberi nama Gama Cendekia. 
Diawal berdiri Gama Cendekia pada saat itu membenahi internal lembaga secara structural dimulai dari legal formalitas, struktur kepengurusan sampai kepada kaderisasi lembaga yang tentunya harus tersusun secara sistematis agar lembaga bias berjalan baik kedepannya. Baru pada tahun 2004 Gama Cendekia mulai menunjukkan citra dan kontribusinya sebagai UKM Pengkajian dan Penelitian Interdispliner  kemudian muncullah kontribusi dan prestasi  Gama Cendekia yang tiap kali masa periode kepemimpinan selalu ada yang dihasilkan berbagai macam karya – karyanya yang fenomenal.
Pada tahun 2006 dimasa kepemimpinan Haryandi mahasiswa Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada, eksistensi Gama Cendekia pada masa  ini adalah dengan even-even besar dan kerja sama dengan berbagai pihak. Titik tekan selain eksistensi adalah pembangunan jaringan yang kuat antara Gama Cendekia  dengan berbagai lembaga/perusahaan. Ditunjukkan dengan banyaknya even-even besar Gama Cendekia  yang bekerja sama dengan banyak pihak, seperti Training TOEFL, Seminar dengan bekerja sama dengan Shell, dll. Pada pertengahan 2007, berganti  kepada  Dendi Pratama mahasiwa Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Presiden Gama Cendekia VI atau yang lebih popular dengan sebutan Sultan Gama Cendekia. Pada masa ini Gama Cendekia satu tahap memasuki  fase mapan dalam alur perkembangan lembaga akademis. Tidak melulu mengejar eksistensi lembaga karena kalau sekedar popular, Gama Cendekia sudah cukup dikenal pada tataran kampus ataupun nasional yang ditunjukkan dengan berbagai even-even besarnya. Akan tetapi lebih dari sekedar itu adalah kematangan Gama Cendekia secara kelembagaan serta kejelasan akan core business Gama Cendekia  sebagai lembaga penelitian mahasiswa. Konsep alur kaderisasi mulai diimplementasikan, tata organisasi mulai dibangun, walaupun masih perlu banyak penyempurnaan di sana sini.
Profesionalitas Gama Cendekia  secara kelembagaan benar-benar dimatangkan pada masa kepemimpinan Andrie Javs mahasiswa Akuntansi Universitas Gadjah Mada. Banyak hal yang dirombak dan diinovasi, tentu saja dalam rangka perwujudan Gama Cendekia  sebagai lembaga yang benar-benar professional dan sebagai usaha adaptasi atas lingkungan dan tantangan yang tentu saja sudah berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Karakter GC sebagai lembaga yang ber-KPK (kompeten, professional, dan kontributif) mulai diwacanakan pada periode ini yang sampai saat ini konsep Kompeten Professional Kontributif menjadi karakter di beberapa kelompok studi di Indonesia. Kemudian dari sisi core business Gama Cendekia  sebagai lembaga pengkajian dan penelitian, secara system mulai dibangun. Seperti alur penelitian Gama Cendekia , diskusi khas Gama Cendekia secara Interdispliner. Kemudian, pada periode selanjutnya  Gama Cendekia ikut andil dalam perintisan jaringan lembaga penelitian mahasiswa nasional, dengan ikut berpartisipasi pada Kongres Nasional ILP2MI (Ikatan Lembaga Penalaran dan Penelitian Mahasiswa Indonesia) di Makassar, yang mana pada kesempatan tersebut Gama Cendekia  dipercaya sebagai Koordinator Regional Jateng-DIY dan sebagai tuan rumah untuk penyelenggaraan Kongres ILP2MI yang kedua bersama UPI UGM. Konsentrasi Gama Cendekia untuk ikut andil ditataran ILP2MI ini merupakan jawaban dari restruktur GC di tataran SCCF UGM. Pada tahun 2010, SCCF UGM pengelolaannya dan pendampingan terhadap lembaga diampu oleh para alumni KSU/KSF, yang mana sebelumnya gerak SCCF ini senantiasa diinisiasi oleh Gama Cendekia. Pengurangan intensitas Gama Cendekia di SCCF  ini memang harapan awalnya agar GC bisa lebih banyak bergerak dan berkontribusi pada level nasional dan internasional.
Kemudian, pada periode ini juga Gama Cendekia mulai melakukan inisiasi untuk melebarkan sayap hingga level internasional, dengan prediksi bahwa kedepannya internasionalisasi merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa ditawar mengingat perkembangan globalisasi saat ini. Sehingga untuk menuju kesana perlu dipersiapkan jauh-jauh hari, dan  tahun  2010 merupakan tahun untuk memulainya. Gerak langkah menuju internasional ini diwujudkan dengan beberapa kali Gama Cendekia ikut berpartisipasi dalam penyelenggarakan even international yang bekerja sama dengan pihak rektorat  UGM, kemudian juga dengan bantuan alumni, seorang Dosen dari Boras University, Sweden, Mr Kamran Rousta bisa diajak untuk berdiskusi dengan anggota Gama Cendekia yang mana saat  itu membahas tentang Waste Refinery yang merupakan core dari  salah satu klub penelitian Gama Cendekia yaitu Gama Cendekia Peduli Sampah. Hal-hal lain yang mendukung inisiasi untuk memasuki fase internasionalisasi ini adalah prestasi kader pada level international yang semakin bertambah dan pembangunan jejaring internasional. Dan sampai saat ini pun Gama Cendekia masih menelurkan karya – karyanya untuk berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Visi yang saat ini digambarkan dari lembaga ini yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang mengkaji dan meneliti permasalahan dengan landasan ilmu interdisipliner dengan memanfaatkan fasilitas kampus, mengoptimalkan potensi keilmuan mahasiswa dengan mengedepankan akhlak dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam  kerangka keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Dengan visi yang begitu tajam  untuk melihat faktualisasi  masa depan maka tidaklah heran Gama Cendekia yang mampu mengelola pengembangan sumber daya manusianya menjadi orang – orang yang mampu bergerak dalam riset yang luas secara interdisipliner  untuk melakukan transformasi untuk membangun peradaban menuju peradaban Indonesia berdaya berbagai macam kontribusi dari anak – anak yang menyukai riset secara Interdisipliner ini banyak diimplementasi baik ke mahasiswa maupun kalangan masyarakat melalui kegiatan program kerja lembaga dan juga proyek penelitian yang berbasis kepada community development.
Tidak terfokus pada sistem gerak lembaga pada umumnya yang menyuarakan tentang kontribusi akan tetapi Gama Cendekia juga berperan membentuk karakter mahasiswa ilmiah yang santun dan berdampingan dengan penguasaan nilai – nilai keagaaman yang terlihat dari pribadi masing – masing anggota yang ada didalamnya. Maka tidaklah heran Gama Cemdekia akan menjadi kelompok studi Interdispliner mahasiswa yang akan melakukan transformasi sebagai pembangun peradaban menuju Indonesia berdaya, melalui visi, misi, kontribusi dan prestasi maka masa depan yang berdaya yanga akan disosong dikemudian hari  dengan output sumber daya manusia yang mempunyai karakter ilmiah dan riset Interdispliner yang mereka dapatkan ketika menjadi mahasiswa yang dikenal sebagai agent of change.

Salam Prestatif, Salam Kontributif!!!!!!!!!
Hidup Mahasiswa Indonesia!!!!!!

*Presiden Gama Cendekia UGM

0 komentar:

Posting Komentar