Kamis, 11 Oktober 2012

Yang Muda Yang Inovatif – Inspired by Sandiaga S. Uno (Part 1)


Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berinteraksi dengan bang Sandiaga Salahuddin Uno, salah satu sosok yang dari dulu ingin saya gali rahasia kesuksesannya. Track record-nya selama ini sudah tak dapat dipungkiri lagi, sungguh membawa perubahan positif bagi Indonesia. Walaupun telah belajar dari berbagai referensi tentangnya, masih belum lengkap rasanya kalau saya belum mencicipi langsung ‘tamparan pedas’ beliau.

Berawal dari pemaparan mas Sandi mengenai situasi Indonesia saat ini yang masih berada pada persimpangan jalan, beliau mengutarakan optimismenya menuju Indonesia Emas masa depan. Negeri ini akan berada pada status yang disebut dengan golden age, dengan prestasi pertumbuhan ekonomi yang mulai beranjak dewasa. Indonesia kini menjadi negara yang layak menjadi tujuan investasi yang sangat menarik, dilihat dari bukti nyata yang telah diciptakan bangsa di masa belakangan ini.

Optimisme dan harapan itu kian membumbung ketika melihat realita bangsa yang sesungguhnya sangat digdaya. Indonesia has everything. Hampir setiap wilayah Indonesia memiliki sumber daya alam. Sawah, ladang dan hutan terbentang luas. Samudera dan perikanan mengelilingi eksotisnya zamrud khatulistiwa. Pertambangan dan mineralnya menjadi anugerah langka yang hanya dimiliki oleh Indonesia. Agribisnis Indonesia pun semakin diperhitungkan. Ditambah lagi, Indonesia juga memiliki bonus demografi yang luar biasa. Usia penduduk Indonesia terhitung usia produktif, se-Asia bahkan sedunia.


Namun, semua itu tidak mendukung realita yang ada. Masih banyak dari kita yang belum terselesaikan pekerjaan rumahnya, yang kemudian menjadi tantangan bangsa di masa sekarang. Mulai dari berkelitnya sistem birokrasi, sampai korupsi tiada henti. Khawatirnya, Indonesia hanya bisa sebagai penonton di kancah internasional, tidak mampu bersinar sebagai pemain utama yang mengatur jalannya kehidupan globalisasi.

Padahal faktanya, lima puluh juta kelas menengah lahir setiap tahunnya, yang ternyata tetap saja menyisakan golongan yang tidak menikmati pertumbuhan ekonomi elegan saat ini. Rasio gini bangsa kita menyebutkan nilai sebesar 43-46%, yang menyebabkan kesenjangan yang masih cukup tinggi antara yang kaya dengan yang miskin.

Belum lagi, sistem pendidikan kita yang belum menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai. Banyak dari perusahaan mas Sandi yang harus mentransformasikan calon tenaga kerja menjadi tenaga yang siap pakai. Jikalau bicara kesehatan juga belumlah tertata dengan baik. Airport Jakarta apalagi sudah seperti layaknya terminal kalideres. Birokrat ribet, korupsi merajalela. Berbagai permasalahan bangsa ini kerap di-blow up dengan antusias oleh berbagai media, seakan mengubur optimisme bangsa.

Lalu, siapakah yang diharapkan mampu membaca hal ini sebagai sebuah peluang emas dalam mencerahkan masa depan? Sempat tersentak saya ketika mas Sandi menyebutkan bahwa harapan itu berada di pundak kita, yang tentu saja merupakan agents of change. Kita harus melihat diri kita sebagai solusi, bukan menjadi bagian dari masalah. Dukungan 67 persen dari populasi Indonesia yang notabene adalah masyarakat produktif, menurut mas Sandi sangat berpotensi untuk melejitkan potensi terbaik yang dimiliki bangsa ini..

..To be Continued yaa.. (afwan.. ^^')

0 komentar:

Posting Komentar