Selasa, 22 Januari 2013

KIK Perdana di 2013, Bang Ikhsan Bahas Spiritual Leadership

KIK kali ini dipandu oleh Akhina Rady, mahasiswa Fakultas Geografi, 2011. Seperti pada umumnya, untuk menambah hikmatnya acara dilakukan pembacaan ayat suci Al-Quran, yaitu Surat Al-Mu’minun. Pada pertemuan kali ini, disampaikan pula, bahwa pada materi KIK sebelumnya dibicarakan mengenai isi Surat Luqman, yang memiliki kandungan luar biasa terutama mengenai pelajaran hikmah dan syukur. Bang Ikhsan menuturkan, bahwa ada pelajaran berharga, atas kejadian semalam, yaitu ada ijtihad, bahwa KIK dilakukan pagi hari, dan tidak dilakukan pada malam hari. Dalam berijtihad, disebutkan bahwa tidak ada lagi kesepakatan, setelah kesepakatan diambil. Menurut beliau, jika ada perubahan-perubahan maka harus ada kesepakatan. Hal ini merupakan ciri dari Indahnya Islam. Dalam materi KIK sebelumnya, telah dibahas mengenai pendidikan Islam, dan syukur. Allah menerangkan dalam Al-Quran, bahwa barang siapa yang bersyukur pada Allah, maka Allah akan menambah nikmatnya. Bang Ikhsan sempat membahas mengenai banjir yang sedang terjadi di Jakarta. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan dari manajemen pengaturan Ibu Kota Jakarta. 


Sebelum memulai KIK, dibahas terlebih dahulu mengenai Surat Al-Anfal ayat 64-66. Dalam surat ini dibahas mengenai kandungan surat ini, yang turun pada saat Perang Badar. Yaumul Furqan, adalah hari di mana kaum kafir bertemu dengan kaum muslimin. Surat ini turun di Madinah, setelah Surat Al-Baqarah. Saat perang ini terjadi, Rasulullah sempat tidak tenang, dan berdoa, bahwa jika dalam perang ini kaum Muslimin kalah, maka tidak akan ada lagi yang menyembahnya. Dan oleh sebab itu, maka Allah menenangkan Rasulullah dengan ayat ini. Kaitan dalam kehidupan ini adalah menjadi seorang pemimpin, maka ada satu rahasia besar untuk menjadi pemimpin yang adil, kuat, dan bijaksana, yaitu Menjadikan Allah hanya sebagai PENOLONG, dan tidak ada yang lain. Dalam Islam, siapapun yang berperang, maka akan mendapatkan kemenangan, yaitu Fathan Mubina, dan Fathan Qoriba, yaitu kemenangan yang dekat (syahid), dan kemenangan yang nyata. Berpegang kepada Allah akan memiliki kekuatan yang luar biasa, serta tidak pernah sedih. Barang siapa yang mengejar dunia, hanya akan mendapatkan kegelisahan, kelelahan, dan tidak ada kebahagiaan, dan yang paling menyedihkan adalah rasa tidak cukup. Allah telah menetapkan pahala bagi orang-orang yang bersabar. Menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai wali, hal ini dikarenakan perwalian Allah akan berlanjut hingga Yaumul Akhir. Kemudian beliau melanjutkan pada ayat selanjutnya, yaitu Allah memerintahkan Rasulullah untuk mengobarkan semangat untuk berqittal (perang atau jihad dalam medan perang). Bang Ichsan menjelaskan bahwa Mu’jizat itu muncul dalam keadaan tertentu, terdesak, dan tidak muuncul setiap saat. Saat ini, qittal yang ada adalah perang peradaban. Beliau mencontohkan bahwa B.J. Habibie merupakan sosok luar biasa, karena mampu menghasilkan industri-industri yang luar biasa. Ada kekuatan jika masuk dalam jamaah (kekuatan yang besar). Bang Ikhsan menjelaskan bahwa saat ini Indonesia sedang melakukan pembangunan, dan saat ini berada di level menengah. Inti pembangunan adalah pembangunan sumber daya manusia. Namun, sayangnya yang terjadi di Indonesia adalah kekufuran yang terlalu banyak, sehingga Allah menjadikan pelajaran bagi kita semua. Kewajiban kita saat ini, adalah berjihad dalam peradaban, dan Bang Ikhsan menjelaskan bahwa membangun peradaban maka diri ini harus beradab, dan menghasilkan peradaban. Kata kunci dalam surat ini, yaitu Qaumun La Yafqahun. Yafqahun di sini, memiliki makna sedang dan akan, ada fi’il mudharik. Indonesia dulu pernah dijajah Belanda selama 350 tahun, karena Indonesia belum pernah paham, dan tertutup dari dunia luar. Bang Ikhsan berpesan bahwa kita harus menjadi mahasiswa yang memiliki idealisme. Ketika di zaman para sahabat, setiap orang yang memiliki pemikiran positif, maka akan menghasilkan hal-hal positif. Aktivitas seorang mukmin tidak dibatasi oleh harta. POSISI KITA SAAT INI ADALAH SEBAGAI ORANG YANG MENGEJAR KEMENANGAN, DAN MARILAH KITA MENJADI PRAJURIT-PRAJURIT ALLAH, DAN MENJADIKAN DIRI KITA SEBAGAI THARIQ BIN ZIYAD. Kita harus memiliki keinginan untuk menyebarkan Islam, dan menjadikan diri ini selalu berjuang untuk menyebarkan panji-panji Allah ke seluruh akar rumput, dan ke seluruh lapisan masyarakat. Karakter pendidikan Islam adalah bersabar, sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menghadapi cobaan, dan sabar dalam menghindari larangan… Astaghfirullahiladzim… L
Session 2: *Spiritual Leadership*
Our daily problem was more complex than just a problem who will be discussed in this session. In this second session, Hanan ask about how to understand Islam well. In temporary condition, Fiqih can be used in Dakwah and some people said that Fiqih was the Political Product, and it was just priority from human. How to solve this problem? Bang Ikhsan said, that in Al-Maidah verse 48. The main purpose from this verse is for person who always fun, he was not do Dakwah. Dakwah is love, and it requires everything.
Dalam kisah Umar bin Abdul Aziz, hidup dalam kemiskinan sebagai pilihannya, dan menjadikan agar dirinya berbeda dengan pemimpin dan rakyat. Bang Ikhsan menjelaskan bahwa dalam perjalanannya akan ada tarik-menarik antar orang dalam berdakwah. Fiqih memang produk manusia. And it is right. In Rasulullah era, practice of Fiqih had been done. Pada masa thabiin, ada kodifikasi hukum Fiqih, dan pada masa Syafi’I barulah ada buku Ar-Risalah Fiqih. Dalam buku ini dibahas mengenai Kepokokan dari Fiqih itu sendiri. Imam Syafi’I adalah seorang usia, yang usia 20 tahun telah belajar Islam, dan 10 tahun telah menjadi seorang hafizh Al-Quran. Fiqih dapat berubah karena sesuatu hal.
Mengapa Allah meminta manusia untuk Tawadduk, dan tunduk kepada Allah? Allah melalui Rasulullah mengajarkan pada manusia, untuk selalu berlindung kepada Allah dari sikap sombong. Ilmu tidak akan banyak memiliki manfaat, jika dalam diri ini memiliki sifat Takabbur, sehingga menyebabkan diri ini lebih melihat segalanya, dan melupakan Allah sebagai Dzat yang Maha Besar… Allahu Akbar…L. Pemimpin terkadang tidak memiliki jabatan struktural, namun keberadaannya dianggap sebagai pemimpin. Ada karakter pemimpin, yang jika orang disuruh apapun mau, yaitu karena kepemimpinan karena Spiritualitasnya, yaitu Rasulullah SAW. Masalah kepemimpinan adalah masalah Keteladanan. Menjadi pemimpin, maka haru memiliki ilmu, manajemen, teamwork, dan skill, serta leader. Nabi Isa berkata bahwa bergaulah kamu bersama orang yang dengat melihatnya kamu ingat pada Allah, dengan kata-katanya amal kamu bertambah dan dengan amalnya kamu termotivasi untuk akhirat. Dalam Al Quran, dijelaskan bahwa pribadi Rasulullah adalah orang dengan spiritualitas tinggi, dan dapat menjadi contoh bagi diri kita semua (uswatun khasanah). Seorang pemimpin harus memadukan antara spiritualitas, dan kekuatan-kekuatan yang ada. Allah mengecam orang-orang yang hanya berkata dan tanpa melakukannya.
Pokok-pokok keteladanan, yaitu:
1.    Keshalihan, pangkal keshalihan adalah keimanan. Keimanan, adalah menempatkan Allah sebagai Rabb. Allah akan memberikan kemenangan bagi hambaNya yang mukmin, melalui cara Allah. Buah dari keimanan, akan membuat seseorang menjadi kuat. Lalu, selanjutnya, keimanan yang kuat menjadikan ibadah yang kuat. Dan yang selanjutnya adalah keihklasan. Keikhlasan adalah syarat adanya pertolongan dari Allah. Haththrah adalah bisikan yang kadang muncul saat kita sedang berbicara, dan haththrah ini harus ditinggalkan atau dengan membaca Istighfar. Tidak boleh menyingkirkan sesuatu dengan mudharat yang lebih besar. Dalam mengambil setiap keputusan, harus dilihat baik, dan buruknya.
Oleh : Abrory Agus Cahya Pramana

0 komentar:

Posting Komentar