Sabtu, 05 Januari 2013

Laskar Nakula Nonton Pagelaran Wayang Kritik Sosial

Banguntapan - 7 Desember 2012 Beberapa teman-teman PPSDMS Regional 3 Yogyakarta Putra berkesempatan untuk hadir dalam Pagelaran Wayang Kritik Sosial di kediaman Bapak Eko Prasetyo (PUSHAM UII) di kawasan Perumahan Grya Mutiara, Banguntapan, Bantul. Pertunjukan Budaya ini merupakan puncak dari rangkaian acara peringatan ulang tahun ke 3 Taman Bermain Sekolah Amartya. Sebuah lembaga pendidikan yang berupaya keras untuk memfasilitasi anak yang kurang mampu. Mencoba memberikan layanan pendidikan kepada semua pihak tanpa membeda-bedakan status social dan lain sebagainya.

Acara di mulai sekitar pukul 20.30 WIB dengan diawali pembukaan yang sebelumnya sudah diawali dengan kegiatan pra acara seperti pentas seni dari berbagai pihak, dari anak-anak Amartya maupun dari pihak luar yang berkenan menyumbang pentas seperti teman-teman dari mancanegara pula. Setelah pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari pengelola.Setelah itu dilanjutkan beberapa pentas lagi yakni dari kawan-kawan mahasiswa ISI yang menamakan kelompoknya sebagai Dendang Kampung. Lagu pertama yang dibawakan adalah menggapai mimpi yang ini menceritakan sebuah kekritisan terhadap betapa sulitnya untuk mengenyam bangku kuliah. Kemudian dilanjutkan lagu yang kedua yang berjudul mentari yang memprovokasikan bahwa perbedaan itu tidak menjadi alasan untuk saling menghantam.



Sebelum memasuki acara puncak yakni pertunjukan wayang sebagai kritis social, Pak Eko Prasetyo sebagai Pembina menyampaikan sambutanya. Beliau menyampaikan kegalauan pendidikan yang ada di Indonesia, mulai dari sulitnya untuk mengenyam bangku sekolah sampai diwacanakannya kurikulum 2013 yang semakin menunjukkan kerunyaman pendidikan. 

Setelah itu pentas budaya ditutup dengan pertunjukkan wayang kampong sebelah yang sangat memukau. Berbeda dengan wayang-wayang seperti biasannya, Wayang Kampung Sebelah ini menawarkan sentilan-sentilan kritikan mereka terhadap hiruk pikuk perpolitikan negeri ini tentunya dengan renyah dalam pagelaran wayang tersebut. Mengangkat persoalan-persoalan yang serius tidak harus dengan pengungkapan yang serius merupakan karakter pertunjukan Wayang Kampung Sebelah. Muatan sinisme, satire, hingga kritikan tajam yang begitu dominan dalam pertunjukan ini dikemas secara segar penuh humor, baik melalui format alur, penokohan, dialog maupun syair lagu iringan. Pertunjukan Wayang Kampung Sebelah tidak menggunakan iringan gamelan, melainkan menggunakan iringan musik. Lagu-lagu iringannya lebih banyak menyajikan lagu-lagu karya cipta musisi Wayang Kampung Sebelah sendiri untuk memperkuat karakter pertunjukan. Berdasarkan instrumentasi dan aransemennya, bentuk musik iringan Wayang Kampung Sebelah termasuk kategori musik alternatif. Guna lebih memperkuat aspek entertainment-nya dapat dihadirkan bintang tamu artis penyanyi / pelawak yang populer. Dalam pertunjukan Wayang Kampung Sebelah ini, kisah di depan layar bukanlah semata-mata milik dalang. Pemusik maupun penonton berhak nyeletuk menimpali dialog maupun ungkapan-ungkapan dalang.  Mau tau lebih lanjut wayang kampung sebelah? klik saja http://wayangkampung.blogspot.com/  [Phisca AR]

0 komentar:

Posting Komentar